Selasa, 06 Januari 2015

Amalan Yang Membentengi Kita Dari Neraka

hati-hati nerakaDi antara amalan yang membentengi dari neraka adalah: takut kepada Allah Ta’ala, jihad di jalan Allah Ta’ala, dan menundukkan pandangan dari yang haram.
Pertama: Takut kepada Allah
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
 إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآَتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ  
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. {QS. At-Taubah: 18}.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
عَيْنَانِ لاَ تَمَسُّهُمَا النَّارُ, عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ. وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرِسُ فِي سَبِيْلِ اللهِ
“Dua mata yang tidak disentuh api neraka: mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang tidak tidur karena berjaga di jalan Allah.”
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
لَا يَلِجُ النَّارُ رَجُلٌ بَكَي مِنْ خَشْيَةِ اللهِ حَتَّى يَعُوْدَ اللَّبَنُ فِي الضَّرْعِ, وَلاَ يَجْتَمِعُ غَبَارٌ فِي سَبِيْلِ اللهِ وَدُخَانُ جَهَنَّمَ
“Tidak akan masuk neraka laki-laki yang menangis karena takut kepada Allah sehingga susu kembali masuk ke dalam kantong kelenjarnya dan tidak akan terkumpul debu di jalan Allah dengan asap neraka jahannam.”
Kedua: Jihad di jalan Allah subhanahu wata’ala
Dari Abu Misbah berkata, ketika kami melewati jalan setapak, pemimpin rombongan Malik bin ‘Abdullah Al-Khatsa’i memanggil seorang laki-laki yang menunggang kudanya di daerah pegunungan: Wahai hamba Allah, mengapa engkau tidak menunggang kuda? Ia berkata, sungguh aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
مَنِ اغْبَرَّتْ قَدَمَاهُ فِي سَبِيْلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ فَهُمَا حَرَامٌ عَلَى النَّارِ
“Barang siapa yang kedua kakinya berdebu di jalan Allah sesaat pada siang hari maka kedua kaki itu haram (tidak akan) tersentuh api neraka.”
Abu Ya’la menambah dalam riwayatnya, ia berkata, maka Malik turun (dari tunggangannya) demikian juga manusia turun berjalan kaki, belum pernah nampak suatu hari yang lebih banyak manusia berjalan daripada hari itu.
Dari Malik Al-Khatsa’i berkata, Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
مَنِ اغْبَرَّتْ قَدَمَاهُ فِي سَبِيْلِ اللهِ حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ
“Barang siapa yang kedua kakinya berdebu di jalan Allah, diharamkan dirinya  dari masuk neraka”
Dari Rabi’ bin Ziyad berkata, ketika Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam berjalan lurus pada suatu jalan beliau melihat seorang pemuda Quraisy berjalan menyingkir. Beliau berkata: Bukankah itu Fulan? Para sahabat menjawab: Benar. Beliau berkata: Panggillah ia! Pemuda itupun datang. Nabi bertanya kepadanya: Mengapa engkau menyingkir dari jalan? Ia menjawab: Aku tidak suka terkena debu. Beliau bersabda: “Jangan menyingkir darinya demi (Allah) yang jiwaku berada di tangan-Nya sesungguhnya debu (di jalan Allah) adalah benar-benar aroma wewangian surga”. Perkataan beliau “aroma wewangian surga” setiap parfum memiliki aroma wangi.
Datang penjelasan makna “Di jalan Allah” yaitu berjalan ke masjid dan terkhusus berjalan ke masjid untuk shalat jum’at bahkan untuk  seluruh kewajiban. Telah datang (Hadits) dari Abu Umamah, dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
لَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ قَطْرَتَيْنِ وَأَثَرَيْنِ،قَطْرَةُ دَمْعٍ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَقَطْرَةُ دَمٍ تُهرَقُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ،وَأَمَّا الْأَثَرَانِ فَأَثَرٌ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَأَثَرٌ فِيْ فَرِيْضَةٍ مِنْ فَرَائِضِ اللهِ
“Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah dari dua tetesan atau dua bekas. Yaitu tetesan air mata karena takut kepada Allah dan tetesan darah yang mengalir di jalan Allah. Adapun dua bekas yaitu bekas di jalan Allah dan bekas dari melaksanakan kewajiban di antara kewjiban-kewajiban Allah.”
Dari Yazid bin Abi Maryam berkata: ‘Ubabah bin Rafi’ bin Kharij menjumpaiku ketika aku sedang berjalan kaki menuju masjid sementara ia naik kendaraan. Ia berkata: Aku memberi kabar gembira sesungguhnya aku mendengar Abu ‘Abas berkata, Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
مَنِ اغْبَرَّتْ قَدَمَاهُ فِي سَبِيْلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَرَّمَهُمَا اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَنِ النَّارِ
“Barang siapa yang kedua kakinya berdebu di jalan Allah, diharamkan dirinya masuk neraka”
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda: “Tidak akan berkumpul orang kafir (yang mati terbunuh dalam perang) dengan pembunuhnya (orang mukmin) di neraka selamanya.”
Dan darinya juga berkata: Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda: “Dua orang tidak akan terkumpul di neraka sementara yang satu menyakiti yang satunya. Ada yang bertanya: Siapa mereka wahai Rasulullah? Beliau bersabda: “Orang mukmin yang membunuh orang kafir kemudian ia istiqamah”

Ketiga: Menundukkan pandangan dari yang diharamkan Allah Ta’ala.
Dari Bahz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya berkata: Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
ثَلَاثَةٌ لاَ تَرَى أَعْيُنُهُمُ النَّارَ: عَيْنٌ حَرَسَتْ فِي سَبِيلِ اللهِ, عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ, وَعَيْنٌ غَضَّتْ عَنْ مَحَارِمِ اللهِ
 “Tiga golongan yang mata mereka tidak akan melihat neraka: Mata yang berjaga di jalan Allah, mata yang menangis karena takut kepada Allah, mata yang menunduk dari yang diharamkan Allah.” Sungguh telah datang firman Allah subhanahu wata’ala tentang menundukkan pandangan dari yang haram,
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya”. {QS. An-Nur: 30}.
Ath-Thabari rahimahullah berkata: Mereka menjaga pandangan dari apa yang mereka inginkan untuk memandangnya dari sesuatu yang sungguh telah dilarang Allah untuk memandangnya.
Dikatakan dalam pensifatan putri Nabi Syu’aib terhadap Nabi Musa ‘alaihissalam pada firman Allah:
قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.” {QS. Al-Qashash: 26}. Bahwasanya ia mengatakan demikian kepada ayahnya dan ayahnya meminta penjelasan tentang pensifatan tersebut. Ia berkata: Apa yang engkau ketahui tentang hal itu? Putrinya berkata: Adapun kuatnya yaitu apa yang aku lihat dari pekerjaannya mengambilkan air dari sumur. Sedangkan amanahnya apa yang aku lihat dari menundukkan pandangannya terhadapku.
Al-Qurthubi rahimahullah berkata menjelaskan firman Allah Ta’ala: (قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ) “Allah mengawali dengan pandangan sebelum kemaluan karena pandangan merupakan pertanda hati sebagaimana demam adalah pertanda (datangnya) kematian.”
Sebagian penyair mengambil makna ini, ia berkata:
Tidakkah engkau melihat bahwa mata itu pertanda hati
Apa yang disenangi mata maka hati juga condong kepadanya
Dalam hadits dari Hudzaifah berkata: Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda:
اَلنَّظْرَةُ سَهْمٌ مِنْ سِهَامِ اِبْلِيْسَ مَسْمُوْمٌ ، فَمَنْ تَرَكَهَا مِنْ خَوْفِ اللّهِ أَثَابَهُ جَلَّ وَعَزَّ إِيْمَانًا يَجِدُ حَلاَوَتَهُ فِى قَلْبِهِ .
 “Pandangan adalah panah di antara panah-panah beracun iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah, Ia memberinya pahala berupa keimanan yang ia rasakan kelezatannya dalam hatinya.”
Ketahuilah wahai saudaraku muslim, bahwa bagimu pandangan pertama tetapi pandangan kedua haram untukmu, hati-hatilah mengiringi pandangan dengan pandangan berikutnya. Dari Ibnu Buraidah dari ayahnya berkata: Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda kepada ‘Ali:
يَا عَلِيُّ ، لا تُتْبِعْ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ ؛ فَإِنَّ لَكَ الأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الآخِرَةُ
 “Ya ‘Ali jangan ikuti pandangan pertama dengan pandangan kedua, sesungguhnya bagimu pandangan pertama dan pandangan yang kedua bukan bagimu.”
Pada firman Allah Ta’ala:
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ
Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. {QS. Al-Mukmin: 19}.
Dalam tafsir Al-Qurthubi (خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ) : Pandangan kedua. (وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ) : Pandangan pertama.
Berkata Asy-Syinqithi pada (خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ ) : Pandangan kepada yang diharamkan untuk memandangnya.
(Sumber : Makalah Al-A’mal Al-Waqiyah min An-Nar Al-Hamiyah oleh Syaikh Fahd Bin Abdurrahman Asy-Syuwaib; yang dimuat di Majalah Ummati, Kuwait edisi 53 bulan Shafar 1430 atau Februari 2009 halaman 30-31)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar